Yeorobuun... i wanna share about one part of my life.. i like making a story.. a short story.. I think making a story is fun..writing something about aour dreams, imagination... so cool rite? Jadi wajar dong eike mau share cerita pendek yang berhasil eike buat *kedip kedip*
Soooo... langsung dicekidooot aja :D
Disuatu sore yang indah
“Sudah, kamu itu kuliah saja! tidak usah neko-
neko mau usaha inilah, itulah, ” Nasihat
Mama untuk yang kesekian kalinya.
Aku mendengus gemas!
Dasar Ucup kutu kupret!! mulut dia
susah amat sih buat nyimpen rahasia dikit saja?
“Ma,
ini cuma usaha kecil, Ma… enggak sampai ganggu kuliah Nelly kok,” Rajukku
semangat
Dan disambut dengan bersemangat pula
oleh Mama, ”Mau cari apa kamu itu? Uang? Apa uang saku kamu kurang?”
Uang…selalu
uang yang muncul ketika mama menolak keinginanku untuk bikin usaha. Oh, Siapa
berani bilang uang tidak penting? Tentu aja penting. Tapi bukan itu masalahnya.
Kalian pernah merasa memiliki keinginan yang menggebu? hasrat yang meluap- luap
untuk melakukan sesuatu? Nah, itulah yang aku rasakan… Cuma satu kata yang ada
di pikirannku sekarang: USAHA!
Mama
mengeluarkan mengeluarkan uang seratusribuan, “Ini tambahan buat kamu,”
Belum
sempat aku bilang sesuatu mama langsung beranjak ke kamar
Aku
bergegas ke kamar, mencari ponselku. Dengan tidak sabar kupencet nomor Ucup.
Kalau sebelum- sebelumnya komunikasi dengan Ucup cukup dengan kirim pesan, tidak
berlaku untuk sekarang! Ini masalah gawat! Inilah akibat mulut ember ucup yang
semena- mena ketika ketemu mama di laundry-an Bundanya.
“
Hallo? Cup! Dasar ya manusia tidak berbudi! Tidak tahu belas kasihan! Tega-
teganya kamu bocorin niat tulus dari dalam hatiku ini!” Dengan semangat membabi-buta aku hancurin mental Ucup duluan.
“
Ngomong, Cup! Ngomong!!!” Jeritku tanpa malu dicap cewek cantik tapi urakan.
Biaran!
“
HEYYYY! NELLY PUTRI RASYID! BISA DIEM DULU GAK?” Semprotnya
Busyet! Si Ucup lihay juga gantiian menjatuhkan
mentalku.
“
Dengar ya… Tadi waktu mamamu ambil
baju bersih ketempatku, tidak ada yang namanya unsur kesengajaan ketemu
ma aku
yang langsung pucat bingung gak jelas mau ngobrol apa.. Kamu kan tahu,
Nelly
tukang ngupil, kalau aku paling enggak bisa ngobrol ma orang tua,
makanya satu-satunya jalan ya ngobrolin tentang rencana kamu bikin
usaha. Jelas?”
Sialan tu anak,” Heh, Denger ya,
Cup… Keponakanku tahu kali mana yang namanya ngobrol ma yang namanya ngebocorin rahasia!”
Tanpa ambil nafas, langsung aku
lanjutin penyemprotan ke hama gak penting itu,” Kamu udah janji sama aku kan! Jangan
sampai mama tahu! JANGAN SAMPAI! APAPUN YANG TERJADI, UCUP!!!” Gemes deh aku ma
makhluk satu itu.
“ Iya, maaf… Besok-besok enggak lagi-lagi deh,” Bujuknya
Langsung aku matiin telefonnya,
Selain sudah puas, juga takut kehabisan pulsa. Prinsip calon entrepreneur: matikan
telepon sebelum orang yang kamu telepon
tahu kalo pulsa kamu hampir sekarat!
Nah, sekarang apa coba? Bingung aku
kalau udah kayak gini. Kemarin waktu niat bikin usahaku kecium ma mama, yang
ada selama 24 jam mama ngontrol mlulu.
“ Kakak udah belajar?”
“ Kakak udah selesai kuliahnya?”
Ow, perhatian biar mengalihkan
pikiranku dari keinginan bikin usaha sendiri. Mama pikir aku pengen bikin usaha
karena kurang perhatian apa? kurang uang saku apa? Sama sekali enggak! Entrepeneur!
Pengusaha Kelas kakap! Profesi idaman! aku rela nukar Ucup ma bimbingan
langsung dari Donald Trump, atau mungkin yang lokal juga boleh, Bob Sadino!
Pengen dapetin ilmu tentang kewirausahaan atau bahasa kerennya: BIKIN UANG.
Aku musti cari cara buat bikin mama
merestui niat bikin usahaku sendiri. Mama udah telanjur tahu juga.
Capek juga maen petak umpet ma mama. mending minta restu sekalian, biat barokah
usahanya. *Amin*
Keesokan
harinya
“
Ma, Nelly berangkat kuliah dulu,” pamitku sambil mencium tangan Mama.
Mama
tersenyum, “ Hati- hati ya, nak… Belajar yang rajin. Ini bekal buat di kampus,”
Aku menerima dengan tersenyum ala
Guru, tiga senti kekiri tiga senti kekanan.
Kesempatan Emas! Mama lagi oke nih.
“ Ma, Boleh ya Nelly bikin usaha?”
tanyaku dengan berkedip-kedip kayak lampu di rumah kakek jaman dulu.
Mama menatapku tajam,” Nelly, udah
mama bilang kan, Nelly konsen sama kuliah Nelly saja. Bikin Penelitian, bikin
kelompok belajar sambil nulis apa kek lalu di kirim ke media massa. Itu lebih
bagus buat kamu kan?”
Aku menggigit bibir kuat- kuat.
Tuhan…
Aku harus tetep semangat!!!
“ Nelly berangkat dulu, Ma,” aku bergegas keluar
Didepan pagar kulihat Ucup Marucup
dah bertengger dengan indah di sepeda tandemnya. Heran aku sejak kapan dia
punya sepeda tandem. Yang kutahu Ucup dah membawa tu sepeda sejak awal kuliah.
Tanpa ba bi bu aku langsung ambil tempat di belakang Ucup.
Sambil mengayuh dengan pelan, aku
memikirkan kata- kata mama.
Kenapa ya mama sampe segitunya,
enggak ngebolehin aku berusaha sendiri. Kalau dipikir-pikir harusnya mama
malah mendukung aku dong! Mama kan juga pengusaha? Satu kios di Pusat Grosir
Solo, satu tenant di Solo Grandmall plus gudang belakang yang menampung para
penjahit yang mewujudkan hasil rancangan mama menjadi pakaian limited edition
ala butik. Apa namanya coba kalau bukan pengusaha? Papa juga pekerjaanya
ngusahain agar kasus yang dihadapi kliennya menang. Itu “pengusaha” juga kan?
Herannya lagi, mama tu hobinya
mencuci otakku biar jadi penulis.
“ Kakak tu jadi penulis saja… Kan
pas, kuliah di Sosiologi, kerjaannya meneliti fenomena sosial lalu dijadiin
materi tulisan. Menulisnya bisa dirumah lagi. Seperti Dewi Lestari itu lo bikin
novel Supernova,”
Aku cuma melengos cuek
Mama ada-ada aja, aku belum
tertarik mengganti cita- citaku dari pengusaha jadi penulis. Yang ada nanti aku
bukannya bikin novel supernova, tapi superbakso, atau supercoklat mungkin?
Who’s know?
“ Heh! Turun! Bengong mlulu dari
tadi,”
Antara sadar dan tidak sadar aku
turun. Masih terngiang- ngiang Superbakso.
“ Cup, kita kuliah sampai jam 10 kan?”
“ Iya, Kenapa?”
“ Enggak. Ntar jam 10.15 menit kamu
ke kantin ya? Temuin aku disana,”
Kulihat Ucup melongo,” Kenapa enggak
bareng aja sekalian sih?”
“ Hush! Efek dramatis, teman!”
kataku sambil masuk kelas
Ih, Biarin Ucup melongo sampai dosen
datang
Pukul 10.15 lebih sekian detik
Kulambaikan tanganku ke arah Ucup
yang tampak sebal
“ Duduk,” Perintahku
“ Ini apa?” Kuangkat gelas berisi
cairan coklat
“ Nelly… Bener-bener deh! Tadi
setelah kuliah langsung kabur. Sekarang main tebak- tebakan enggak penting,”
Lengosnya
Kuayunkan gelas bening itu dengan
pelan sambil menunjukan mimik bertanya.
“ Kopi susu!” sahutnya ogah- ogahan.
“ Pinter!” pekikku
“ Nah, kamu tahu berapa harga
segelas kopi instant ini? Cuma 1500 doang, Cup!”
“ Lalu ?” tanyanya bingung
“ Coba deh kamu perhatiin rata-rata
harga di sekitar kampus kita! Semua harga mahasiswa! Dari gorengan, minuman,
snack dan sebangsanya. Kita musti kemas biar jajanan sejuta umat ini makin
mantab kemasannya! Ini peluang usaha, Cup!” Kataku berapi- api.
“ Ni anak, masih aja penasaran mau
bikin usaha. Mamamu kan enggak ngebolehin kamu, Nelly,”
“ Itu karena konsep kita kurang
matang, Ucup! Yakin deh kalau kita udah kuat di konsep, mamaku pasti setuju!”
Yakinku
“ Bikin usaha kan enggak segampang
itu, Nelly… Kita musti bikin studi kelayakan dulu, bikin survey juga, lalu kita
juga butuh kokinya juga kalau mau bikin semacam kedai yang kamu mau itu,”
Protes Ucup
“ Iya, aka tahu… aku udah mikir
sampai kesana. Kita memang perlu
mikir
masak- masak seluruh aspeknya, tapi jangan kelamaan yang mikir. Kapan
jalannya
kalau kamu mikir mlulu. Dengerin dulu deh, rumah kita kan enggak jauh
dari
lingkungan kampus. Cuma 10 menit perjalanan naik sepeda, itupun kalau
yang
ngayuh kayak kamu, ogah- ogahan. Nah, kita manfaatin teras samping rumah
plus
kebun didepannya itu. Ayah kaya-nya Robert T. Kiyosaki kan awalnya juga
bikin
usaha di garansi rumahnya. Garasi sama teras kan enggak beda jauh. Kita
bikin Kedai
kecil yang konsepnya kayak kafe mahal di depan kampus itu. Kita sediain
menu-menu yang familiar kayak kopi ini, gorengan kayak bikinan mamaku,
snack- snack
lain juga bisa kan?“ Jelasku panjang
Ucup kembali dengan wajah khasnya:
melongo.
“ … Supaya kedai kita menarik banyak
pelanggan, kita bikin tempat nongkrong yang nyaman. Dikasih fasilitas kecil-
kecilan, kayak kamar mandi, musik, dan tentu aja tempat yang menarik! Dengan
harga yang bersaing dan fasilitas oke, aku yakin kita bisa menjalankan kedai
kita dengan lancar! Apalagi kalau besok-besok ditambah dengan hot spot!”
Lanjutku dengan semangat yang makin menjadi.
“ La modalnya kan enggak sedikit,
Nel,” protesnya
“ Apanya yang dikit? Tentu aja banyak!
Kita musti puter otak biar dapat modal buat kedai kita! Yang terlintas di
otakku sekarang itu, pertama kita musti punya peralatannya. Piring, Gelas dan
peralatan lainnya…”
“… Kalau alat buat masak bisa pakai
punya mama. Piring ma Gelasnya gimana ya? Musti cari yang unik dan enak dilihat
dong!” aku mikir- mikir lagi
“Ahaa!!! Aku tahu!!!” teriakku
kegirangan
“ Kita ke Pegadaian sekarang, Cup!”
tangan Ucup langsung ku tarik
10 menit kemudian
Aku melompat dari Damri dengan tidak
sabar
“ Hari ini kan akhir pekan, kalau
beruntung kita bakal dapat barang lelang yang bagus dengan harga miring!”
“ Barang apa? Kamu nyari apa disini?”
“ Tentu aja peralatan makan! Kadang
kalau kepepet banyak yang ngegadai-in barang-barang. Peralatan makan yang lucu-
lucu juga kadang ada disini,” Jelasku sambil mencari-cari ruangan lelang. Aku
tahu dari cerita karyawan mama yang suka banget ngobrol soal lelang melelang di
Pegadaian ini.
“ Kamu tunggu disini,” Pintaku
sambil terus mencari- cari
Setengah jam kemudian
“ Nelly!!! Kemana aja sih? Keburu
jam 12! Aku mau sholat Jum’at nih!” Marah Ucup tanpa memperhatikan kepayahanku
membawa kardus berisi piring- piring dan beberapa gelas lucu-lucu.
“ Iya, maaf. Masih keburu kan?
Bantuin dong,” kataku sambil menyerahkan kardus berat itu.
“ Pulang yuuk,” sambungku sumringah.
Didalam Damri
“ Habis berapa kamu?” tanyanya
“ Cuma seratusan ribu,”
“ Uang dari mana?”
“ Mamalah. Kemarin setelah dimarahi
malah dikasih uang lagi. Ya kuterima aja,”
“ Ntar kalau tetap enggak diizinin?”
“ Ya minta izin lagi dong,”
Ucup geleng- geleng kepala
Dirumah
“ Aku ambil sepeda dulu ya, trus mau
sholat jum’at sekalian di masjid kampus,”
“ Sip, makasih ya, Ucup sayang. Ntar
sore kesini ya,” rayuku
Ucup cuma melet
Kutatap punggung Ucup sampai
menghilang
Mama belum pulang kayaknya nih. Aku
berjalan pelan melewati kamar mama.
“ Maa… Kakak sudah pulang nih,”
terdengar teriakan khas Desta, adikku satu- satunya yang tiba- tiba keluar dari
kamar mama papa.
“ Hush, Diem dek!”
Desta, adik cowokku yang baru
berusia 7 tahun, suka jadi tangan kanannya mama. Hobi ngelaporin keberangkatan
dan kepulanganku ke mama.
“ Kakak bawa apa?”
“ Ada deh. Kakak ke kamar dulu ya, ntar
sore kakak beliin siomay deh?” rayuku yang langsung anggukan cepat Desta.
Setelah sampai di kamar, kuletakkan
kardus dengan pelan.
Haaah… Ntar sore ngomong ke mama.
Sekarang tidur dulu.
Tok tok tok
Aku membuka mata dengan malas
“ Siapa?”
“ Dedek, kak. Tukang siomaynya udah
datang lo,” jawab Desta
Aduh, ne bocah. Tepat waktu amat. Tu
tukang siomay kok ya udah datang sih?
Hah? Tukang siomay datang? Berati
udah sore dong! Aku kan belum sholat dzuhur!
Aku langsung terperanjat. Kutatap
jam dinding kado ulang tahun dari Ucup.
Masih ada waktu! Aku langsung buru-
buru keluar ambil air wudlu lalu sholat.
Desta cuma melonggo disamping pintu
kamar.
5 menit kemudian
“ Yuk, dek… Abangnya masih didepan
kan?”
Desta melotot,” Udah pergi, kakak!”
“ Lhoh? Iya to? Ya tunggu abang
siomay lainnya dong,”
“ Ayo!” kataku sambil menggandeng
tangannya
Didepan kulihat mama udah duduk
manis
“ Mama mau siomay juga?” tanyaku
“ Boleh. Ditraktir kakak kan?”
“ Ih, gitu,”
Mama tersenyum sambil memangku Desta
Kutatap mama lekat- lekat. Inilah
saatnya.
“ Ma, Nelly mau bikin kedai kecil,”
kataku pelan
Mama menatapku tajam
“ Kakak kok bandel?”
Aku mengatur nafas yang mulai
tersenggal- senggal.
“ Nelly udah nurutin permintaan mama
buat masuk ke jurusan Sosiologi. Nelly juga mau kuliah di Universitas yang dekat
dengan rumah kita. Bahkan Nelly Belajar dengan sungguh- sungguh biar bisa menyerap
dan mengaplikasikan materi kuliah nantinya…”
“… Tapi Ma, Nelly bener- bener
pengen jadi pengusaha. Meski cuma kecil- kecilan, Nelly pengen usaha sendiri.
Yang kelak jadi bos, bukan pekerja doang,”
“ Tapi nanti kakak pasti melupakan
kuliah kakak. Sibuk dengan urusan kakak. Jarang dirumah. Mama, Papa, Desta trus
dilupain gitu?” Tanya mama sedih.
Aku tercekat. Ternyata itu alasan mama
menolak permintaanku. Mama enggak mau aku ikut-ikutan sibuk kayak mama. Meski
enggak pernah melupakan aku atau Desta, mama pasti ngerasa waktunya kurang
untuk keluarga. Kalau aku ikut- ikutan bikin usaha, mama mengira pasti makin
sulit buat mama buat ketemuan sama aku.
Aku duduk di samping mama
“ Maa… Nelly cuma pengen ngerasain
gimana proses menjadi seorang wirausahawan. Nelly pengen kelak bisa nyiptain
lapangan kerja. Bahkan Nelly masih bisa jadi Pengusaha yang juga penulis kok…”
“… Usaha Nelly juga enggak berat-
berat amat kok. Nelly cuma mau bikin kedai kecil di teras rumah ini. Nantinya
konsepnya kayak kedai di taman gitu, Ma. Semacam tempat buat nongkrong
mahasiswa- mahasiswi yang ngadain rapat kecil atau mungkin tempat ngerjain
tugas. Kan enak ngerjain tugas di tempat yang nyaman, banyak makanan dan tanpa
takut diusir,”
“ Di teras?” Ulang mama
“ Bukan di teras depan ini, Ma… Tapi
di samping itu, dekat taman,” jelasku lagi
Kulihat mama dengan takut- takut
Hah? Mata mama bersinar? Apakah….
“ Iya, Mama setuju. Mama dukung niat
kakak,”
Sedetik kemudian aku turunkan Desta
yang mulai ketularan si Ucup, melongo mlulu dan langsung memeluk mama.
“ Makasih, Ma!” pekikku senang
Mama tersenyum lebar
“ Sore…” terdengar suara yang aku
hafal diluar kepala
“ Ucup! Kita bakal bikin kedai, Cup!
Kedai!” sambutku kegirangan sambil meloncat- loncat
Ucup kembali melonggo. Heran aku, tu
anak kenapa sih punya hobi kok mlonggo!
2 Minggu kemudian
Aku tersenyum. Ku baca huruf dipapan
mungil itu perlahan- lahan:
KEDAI MAMAM
Akhirnya setelah sekian lama, hari
ini tepat di ulang tahun perkawinan mama papa, kedai impianku bersama Ucup
mulai buka. Dengan event pertama yaitu pesta syukuran perkawinan mama papa yang
ke-20 tahun.
Kedai Mamam, nama yang aku dan Ucup
pilih karena kita berdua tertarik dengan ucapan minta makan yang kekanak-
kanakan Desta: makan jadi mamam. Emm, aku jadi kepikiran mau bikin buku.
Semacam sharing atau mungkin berbagi pengalaman mungkin?
Yah, semoga dalam waktu dekat ataupun lama
keinginanku itu akan terwujud, eh, atau keinginan mama?
Yeaaah!!!
How is that?Not bad kaaan?
Besok-besok eike posting lagi cerita lain.. Sttt.. eike juga punya fanfic tapi belum rampung.. Kayaknya gak
bakal eike posting.. tu fanfic WOW banget... yakin kalau kalian baca
langsung menggelepar-ngelepar daah..hahaha.. sementara buat eike sendiri
aja fanficnya...
See yaaa.. Saranghae Kyuhyun :D
No comments:
Post a Comment