Wednesday 10 July 2013

script pertama

Wohooo... Puasa pertama... Puasa chukae.. *males make g-tranlate :p*
Yeorobuun... i wanna share about one part of my life.. i like making a story.. a short story.. I think making a story is fun..writing something about aour dreams, imagination... so cool rite? Jadi wajar dong eike mau share cerita pendek yang berhasil eike buat *kedip kedip* 
Soooo... langsung dicekidooot aja :D 

Disuatu sore yang indah
 “Sudah, kamu itu kuliah saja! tidak usah neko- neko mau usaha inilah, itulah, ” Nasihat  Mama untuk yang kesekian kalinya.
Aku mendengus gemas!
Dasar Ucup kutu kupret!! mulut dia susah amat sih buat nyimpen rahasia dikit saja?
            “Ma, ini cuma usaha kecil, Ma… enggak sampai ganggu kuliah Nelly kok,” Rajukku semangat
Dan disambut dengan bersemangat pula oleh Mama, ”Mau cari apa kamu itu? Uang? Apa uang saku kamu kurang?”
            Uang…selalu uang yang muncul ketika mama menolak keinginanku untuk bikin usaha. Oh, Siapa berani bilang uang tidak penting? Tentu aja penting. Tapi bukan itu masalahnya. Kalian pernah merasa memiliki keinginan yang menggebu? hasrat yang meluap- luap untuk melakukan sesuatu? Nah, itulah yang aku rasakan… Cuma satu kata yang ada di pikirannku sekarang: USAHA!
            Mama mengeluarkan mengeluarkan uang seratusribuan, “Ini tambahan buat kamu,”
            Belum sempat aku bilang sesuatu mama langsung beranjak ke kamar
            Aku bergegas ke kamar, mencari ponselku. Dengan tidak sabar kupencet nomor Ucup. Kalau sebelum- sebelumnya komunikasi dengan Ucup cukup dengan kirim pesan, tidak berlaku untuk sekarang! Ini masalah gawat! Inilah akibat mulut ember ucup yang semena- mena ketika ketemu mama di laundry-an Bundanya.
            “ Hallo? Cup! Dasar ya manusia tidak berbudi! Tidak tahu belas kasihan! Tega- teganya kamu bocorin niat tulus dari dalam hatiku ini!” Dengan semangat membabi-buta aku hancurin mental Ucup duluan.
            “ Ngomong, Cup! Ngomong!!!” Jeritku tanpa malu dicap cewek cantik tapi urakan. Biaran!
            “ HEYYYY! NELLY PUTRI RASYID! BISA DIEM DULU GAK?” Semprotnya
Busyet! Si Ucup lihay juga gantiian menjatuhkan mentalku.
“ Dengar ya… Tadi waktu mamamu ambil baju bersih ketempatku, tidak ada yang namanya unsur kesengajaan ketemu ma aku yang langsung pucat bingung gak jelas mau ngobrol apa.. Kamu kan tahu, Nelly tukang ngupil, kalau aku paling enggak bisa ngobrol ma orang tua, makanya satu-satunya jalan ya ngobrolin tentang rencana kamu bikin usaha. Jelas?”
Sialan tu anak,” Heh, Denger ya, Cup… Keponakanku tahu kali mana yang namanya ngobrol ma yang namanya  ngebocorin rahasia!”
Tanpa ambil nafas, langsung aku lanjutin penyemprotan ke hama gak penting itu,” Kamu udah janji sama aku kan! Jangan sampai mama tahu! JANGAN SAMPAI! APAPUN YANG TERJADI, UCUP!!!” Gemes deh aku ma makhluk satu itu.
“ Iya, maaf…  Besok-besok enggak lagi-lagi deh,” Bujuknya
Langsung aku matiin telefonnya, Selain sudah puas, juga takut kehabisan pulsa. Prinsip calon entrepreneur: matikan telepon sebelum orang yang kamu telepon tahu kalo pulsa kamu hampir sekarat!
Nah, sekarang apa coba? Bingung aku kalau udah kayak gini. Kemarin waktu niat bikin usahaku kecium ma mama, yang ada selama 24 jam mama ngontrol mlulu.
“ Kakak udah belajar?”
“ Kakak udah selesai kuliahnya?”
Ow, perhatian biar mengalihkan pikiranku dari keinginan bikin usaha sendiri. Mama pikir aku pengen bikin usaha karena kurang perhatian apa? kurang uang saku apa? Sama sekali enggak! Entrepeneur! Pengusaha Kelas kakap! Profesi idaman! aku rela nukar Ucup ma bimbingan langsung dari Donald Trump, atau mungkin yang lokal juga boleh, Bob Sadino! Pengen dapetin ilmu tentang kewirausahaan atau bahasa kerennya: BIKIN UANG.
Aku musti cari cara buat bikin mama merestui niat bikin usahaku sendiri. Mama udah telanjur tahu juga. Capek juga maen petak umpet ma mama. mending minta restu sekalian, biat barokah usahanya. *Amin*

            Keesokan harinya
            “ Ma, Nelly berangkat kuliah dulu,” pamitku sambil mencium tangan Mama.
            Mama tersenyum, “ Hati- hati ya, nak… Belajar yang rajin. Ini bekal buat di kampus,”
Aku menerima dengan tersenyum ala Guru, tiga senti kekiri tiga senti kekanan.
Kesempatan Emas! Mama lagi oke nih.
“ Ma, Boleh ya Nelly bikin usaha?” tanyaku dengan berkedip-kedip kayak lampu di rumah kakek jaman dulu.
Mama menatapku tajam,” Nelly, udah mama bilang kan, Nelly konsen sama kuliah Nelly saja. Bikin Penelitian, bikin kelompok belajar sambil nulis apa kek lalu di kirim ke media massa. Itu lebih bagus buat kamu kan?”
Aku menggigit bibir kuat- kuat.
Tuhan…
Aku harus tetep semangat!!!
“ Nelly berangkat dulu, Ma,”  aku bergegas keluar
Didepan pagar kulihat Ucup Marucup dah bertengger dengan indah di sepeda tandemnya. Heran aku sejak kapan dia punya sepeda tandem. Yang kutahu Ucup dah membawa tu sepeda sejak awal kuliah. Tanpa ba bi bu aku langsung ambil tempat di belakang Ucup.
Sambil mengayuh dengan pelan, aku memikirkan kata- kata mama.
Kenapa ya mama sampe segitunya, enggak ngebolehin aku berusaha sendiri. Kalau dipikir-pikir harusnya mama malah mendukung aku dong! Mama kan juga pengusaha? Satu kios di Pusat Grosir Solo, satu tenant di Solo Grandmall plus gudang belakang yang menampung para penjahit yang mewujudkan hasil rancangan mama menjadi pakaian limited edition ala butik. Apa namanya coba kalau bukan pengusaha? Papa juga pekerjaanya ngusahain agar kasus yang dihadapi kliennya menang. Itu “pengusaha” juga kan?
Herannya lagi, mama tu hobinya mencuci otakku biar jadi penulis.
“ Kakak tu jadi penulis saja… Kan pas, kuliah di Sosiologi, kerjaannya meneliti fenomena sosial lalu dijadiin materi tulisan. Menulisnya bisa dirumah lagi. Seperti Dewi Lestari itu lo bikin novel Supernova,”
Aku cuma melengos cuek
Mama ada-ada aja, aku belum tertarik mengganti cita- citaku dari pengusaha jadi penulis. Yang ada nanti aku bukannya bikin novel supernova, tapi superbakso, atau supercoklat mungkin? Who’s know?
“ Heh! Turun! Bengong mlulu dari tadi,”
Antara sadar dan tidak sadar aku turun. Masih terngiang- ngiang Superbakso.
“ Cup, kita kuliah sampai jam 10 kan?”
“ Iya, Kenapa?”
“ Enggak. Ntar jam 10.15 menit kamu ke kantin ya? Temuin aku disana,”
Kulihat Ucup melongo,” Kenapa enggak bareng aja sekalian sih?”
“ Hush! Efek dramatis, teman!” kataku sambil masuk kelas
Ih, Biarin Ucup melongo sampai dosen datang

Pukul 10.15 lebih sekian detik
Kulambaikan tanganku ke arah Ucup yang tampak sebal
“ Duduk,” Perintahku
“ Ini apa?” Kuangkat gelas berisi cairan coklat
“ Nelly… Bener-bener deh! Tadi setelah kuliah langsung kabur. Sekarang main tebak- tebakan enggak penting,” Lengosnya
Kuayunkan gelas bening itu dengan pelan sambil menunjukan mimik bertanya.
“ Kopi susu!” sahutnya ogah- ogahan.
“ Pinter!” pekikku
“ Nah, kamu tahu berapa harga segelas kopi instant ini? Cuma 1500 doang, Cup!”
“ Lalu ?” tanyanya bingung
“ Coba deh kamu perhatiin rata-rata harga di sekitar kampus kita! Semua harga mahasiswa! Dari gorengan, minuman, snack dan sebangsanya. Kita musti kemas biar jajanan sejuta umat ini makin mantab kemasannya! Ini peluang usaha, Cup!” Kataku berapi- api.
“ Ni anak, masih aja penasaran mau bikin usaha. Mamamu kan enggak ngebolehin kamu, Nelly,”
“ Itu karena konsep kita kurang matang, Ucup! Yakin deh kalau kita udah kuat di konsep, mamaku pasti setuju!” Yakinku
“ Bikin usaha kan enggak segampang itu, Nelly… Kita musti bikin studi kelayakan dulu, bikin survey juga, lalu kita juga butuh kokinya juga kalau mau bikin semacam kedai yang kamu mau itu,” Protes Ucup
“ Iya, aka tahu… aku udah mikir sampai kesana.  Kita memang perlu mikir masak- masak seluruh aspeknya, tapi jangan kelamaan yang mikir. Kapan jalannya kalau kamu mikir mlulu. Dengerin dulu deh, rumah kita kan enggak jauh dari lingkungan kampus. Cuma 10 menit perjalanan naik sepeda, itupun kalau yang ngayuh kayak kamu, ogah- ogahan. Nah, kita manfaatin teras samping rumah plus kebun didepannya itu. Ayah kaya-nya Robert T. Kiyosaki kan awalnya juga bikin usaha di garansi rumahnya. Garasi sama teras kan enggak beda jauh. Kita bikin Kedai kecil yang konsepnya kayak kafe mahal di depan kampus itu. Kita sediain menu-menu yang familiar kayak kopi ini, gorengan kayak bikinan mamaku, snack- snack lain juga bisa kan?“  Jelasku panjang
Ucup kembali dengan wajah khasnya: melongo.
“ … Supaya kedai kita menarik banyak pelanggan, kita bikin tempat nongkrong yang nyaman. Dikasih fasilitas kecil- kecilan, kayak kamar mandi, musik, dan tentu aja tempat yang menarik! Dengan harga yang bersaing dan fasilitas oke, aku yakin kita bisa menjalankan kedai kita dengan lancar! Apalagi kalau besok-besok ditambah dengan hot spot!” Lanjutku dengan semangat yang makin menjadi.
“ La modalnya kan enggak sedikit, Nel,” protesnya
“ Apanya yang dikit? Tentu aja banyak! Kita musti puter otak biar dapat modal buat kedai kita! Yang terlintas di otakku sekarang itu, pertama kita musti punya peralatannya. Piring, Gelas dan peralatan lainnya…”
“… Kalau alat buat masak bisa pakai punya mama. Piring ma Gelasnya gimana ya? Musti cari yang unik dan enak dilihat dong!” aku mikir- mikir lagi
“Ahaa!!! Aku tahu!!!” teriakku kegirangan
“ Kita ke Pegadaian sekarang, Cup!” tangan Ucup langsung ku tarik

10 menit kemudian
Aku melompat dari Damri dengan tidak sabar
“ Hari ini kan akhir pekan, kalau beruntung kita bakal dapat barang lelang yang bagus dengan harga miring!”
“ Barang apa? Kamu nyari apa disini?”
“ Tentu aja peralatan makan! Kadang kalau kepepet banyak yang ngegadai-in barang-barang. Peralatan makan yang lucu- lucu juga kadang ada disini,” Jelasku sambil mencari-cari ruangan lelang. Aku tahu dari cerita karyawan mama yang suka banget ngobrol soal lelang melelang di Pegadaian ini.
“ Kamu tunggu disini,” Pintaku sambil terus mencari- cari

Setengah jam kemudian
“ Nelly!!! Kemana aja sih? Keburu jam 12! Aku mau sholat Jum’at nih!” Marah Ucup tanpa memperhatikan kepayahanku membawa kardus berisi piring- piring dan beberapa gelas lucu-lucu.
“ Iya, maaf. Masih keburu kan? Bantuin dong,” kataku sambil menyerahkan kardus berat itu.
“ Pulang yuuk,” sambungku sumringah.

Didalam Damri
“ Habis berapa kamu?” tanyanya
“ Cuma seratusan ribu,”
“ Uang dari mana?”
“ Mamalah. Kemarin setelah dimarahi malah dikasih uang lagi. Ya kuterima aja,”
“ Ntar kalau tetap enggak diizinin?”
“ Ya minta izin lagi dong,”
Ucup geleng- geleng kepala

Dirumah
“ Aku ambil sepeda dulu ya, trus mau sholat jum’at sekalian di masjid kampus,”
“ Sip, makasih ya, Ucup sayang. Ntar sore kesini ya,” rayuku
Ucup cuma melet
Kutatap punggung Ucup sampai menghilang
Mama belum pulang kayaknya nih. Aku berjalan pelan melewati kamar mama.
“ Maa… Kakak sudah pulang nih,” terdengar teriakan khas Desta, adikku satu- satunya yang tiba- tiba keluar dari kamar mama papa.
“ Hush, Diem dek!”
Desta, adik cowokku yang baru berusia 7 tahun, suka jadi tangan kanannya mama. Hobi ngelaporin keberangkatan dan kepulanganku ke mama.
“ Kakak bawa apa?”
“ Ada deh. Kakak ke kamar dulu ya, ntar sore kakak beliin siomay deh?” rayuku yang langsung anggukan cepat Desta.
Setelah sampai di kamar, kuletakkan kardus dengan pelan.
Haaah… Ntar sore ngomong ke mama. Sekarang tidur dulu.

Tok tok tok
Aku membuka mata dengan malas
“ Siapa?”
“ Dedek, kak. Tukang siomaynya udah datang lo,” jawab Desta
Aduh, ne bocah. Tepat waktu amat. Tu tukang siomay kok ya udah datang sih?
Hah? Tukang siomay datang? Berati udah sore dong! Aku kan belum sholat dzuhur!
Aku langsung terperanjat. Kutatap jam dinding kado ulang tahun dari Ucup.
Masih ada waktu! Aku langsung buru- buru keluar ambil air wudlu lalu sholat.
Desta cuma melonggo disamping pintu kamar.

5 menit kemudian
“ Yuk, dek… Abangnya masih didepan kan?”
Desta melotot,” Udah pergi, kakak!”
“ Lhoh? Iya to? Ya tunggu abang siomay lainnya dong,”
“ Ayo!” kataku sambil menggandeng tangannya

Didepan kulihat mama udah duduk manis
“ Mama mau siomay juga?” tanyaku
“ Boleh. Ditraktir kakak kan?”
“ Ih, gitu,”
Mama tersenyum sambil memangku Desta
Kutatap mama lekat- lekat. Inilah saatnya.
“ Ma, Nelly mau bikin kedai kecil,” kataku pelan
Mama menatapku tajam
“ Kakak kok bandel?”
Aku mengatur nafas yang mulai tersenggal- senggal.
“ Nelly udah nurutin permintaan mama buat masuk ke jurusan Sosiologi. Nelly juga mau kuliah di Universitas yang dekat dengan rumah kita. Bahkan Nelly Belajar dengan sungguh- sungguh biar bisa menyerap dan mengaplikasikan materi kuliah nantinya…”
“… Tapi Ma, Nelly bener- bener pengen jadi pengusaha. Meski cuma kecil- kecilan, Nelly pengen usaha sendiri. Yang kelak jadi bos, bukan pekerja doang,”
“ Tapi nanti kakak pasti melupakan kuliah kakak. Sibuk dengan urusan kakak. Jarang dirumah. Mama, Papa, Desta trus dilupain gitu?” Tanya mama sedih.
Aku tercekat. Ternyata itu alasan mama menolak permintaanku. Mama enggak mau aku ikut-ikutan sibuk kayak mama. Meski enggak pernah melupakan aku atau Desta, mama pasti ngerasa waktunya kurang untuk keluarga. Kalau aku ikut- ikutan bikin usaha, mama mengira pasti makin sulit buat mama buat ketemuan sama aku.
Aku duduk di samping mama
“ Maa… Nelly cuma pengen ngerasain gimana proses menjadi seorang wirausahawan. Nelly pengen kelak bisa nyiptain lapangan kerja. Bahkan Nelly masih bisa jadi Pengusaha yang juga penulis kok…”
“… Usaha Nelly juga enggak berat- berat amat kok. Nelly cuma mau bikin kedai kecil di teras rumah ini. Nantinya konsepnya kayak kedai di taman gitu, Ma. Semacam tempat buat nongkrong mahasiswa- mahasiswi yang ngadain rapat kecil atau mungkin tempat ngerjain tugas. Kan enak ngerjain tugas di tempat yang nyaman, banyak makanan dan tanpa takut diusir,”
“ Di teras?” Ulang mama
“ Bukan di teras depan ini, Ma… Tapi di samping itu, dekat taman,” jelasku lagi
Kulihat mama dengan takut- takut
Hah? Mata mama bersinar? Apakah….
“ Iya, Mama setuju. Mama dukung niat kakak,”
Sedetik kemudian aku turunkan Desta yang mulai ketularan si Ucup, melongo mlulu dan langsung memeluk mama.
“ Makasih, Ma!” pekikku senang
Mama tersenyum lebar
“ Sore…” terdengar suara yang aku hafal diluar kepala
“ Ucup! Kita bakal bikin kedai, Cup! Kedai!” sambutku kegirangan sambil meloncat- loncat
Ucup kembali melonggo. Heran aku, tu anak kenapa sih punya hobi kok mlonggo!

2 Minggu kemudian
Aku tersenyum. Ku baca huruf dipapan mungil itu perlahan- lahan:
KEDAI MAMAM
Akhirnya setelah sekian lama, hari ini tepat di ulang tahun perkawinan mama papa, kedai impianku bersama Ucup mulai buka. Dengan event pertama yaitu pesta syukuran perkawinan mama papa yang ke-20 tahun.
Kedai Mamam, nama yang aku dan Ucup pilih karena kita berdua tertarik dengan ucapan minta makan yang kekanak- kanakan Desta: makan jadi mamam. Emm, aku jadi kepikiran mau bikin buku. Semacam sharing atau mungkin berbagi pengalaman mungkin?
 Yah, semoga dalam waktu dekat ataupun lama keinginanku itu akan terwujud, eh, atau keinginan mama? 

Yeaaah!!!
How is that?Not bad kaaan?
Besok-besok eike posting lagi cerita lain.. Sttt.. eike juga punya fanfic  tapi belum rampung.. Kayaknya gak bakal eike posting.. tu fanfic WOW banget... yakin kalau kalian baca langsung menggelepar-ngelepar daah..hahaha.. sementara buat eike sendiri aja fanficnya...
See yaaa.. Saranghae Kyuhyun :D













           


No comments: